Saturday, April 25, 2015

Frau; Antara Lani, Oscar, dan Puisi




frau

"Perkenalkan saya Leilani Hermiasih dan ini keyboard saya oscar, kami tergabung dalam sebuah band, Frau," kata Lani mengawali penampilanya. Sebuah band pada umumnya memiliki personel beranggotakan manusia, namun berbeda dengan frau yang beranggotakan Lani (Vokal, Pianis) dan Oscar keyboard kesayanganya.

Pada awalnya, Lani yang gemar menulis lagu mencoba merekam lagu hasil ciptaannya menggunakan media sederhana, yakni sebuah laptop yang ia namai Amelie. hasil rekaman tersebut kemudian ia unggah ke sosial media myspace, dari sosial media tersebut ia banyak mendapat respon positif atas musik yang ia mainkan.

Melalui yesnowave.com Lani membuat mini album pertamanya starlit carousel yang dapat di download secara gratis, yesnowave.com merupakan netlabel yang berbasis di Yogyakarta. 'Mesin penenun hujan', 'I'm a sir', 'sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa', 'salahku,sahabatku','cat and rat', 'intensity', dan 'glow', merupakan lagu - lagu yang  terdapat pada album pertama Frau. Tahun 2010, album pertamanya ini dibuat kedalam bentuk CD bersama dengan Cakrawala Records dan Demajors. Regina Spektor, Feist, Fiona Apple, hingga Crisye menjadi inspirasi Lani dalam bermusik.

Jenis musik yang Frau mainkan terbilang jarang di Indonesia, sentuhan klasik dan anti-folk dengan paduan lirik puitis terdengar jelas dalam setiap lagunya. Bernyayi dengan hanya diiringi oleh dentingan piano membuat musik frau terdengar sederhana, namun justru menjadi kekuatan dari setiap lagu yang Frau bawakan.

"Musik hanyalah sekedar hobi," kata Lani dalam setiap kesempatan penampilanya. Ia tak ingin musik menjadi penghalang ia untuk melanjutkan pendidikanya, alasan ini juga yang mendasari Lani untuk menolak beberapa tawaran bergabung dengan beberapa label besar. Ia membuktikannya di tahun 2013, ia meninggalkan Oscar keyboard kesayangan nya untuk menempuh pendidikanya di Inggris.

Sebelum vakum selama 1 tahun, Frau lebih dulu menyelesaikan proyek album ke-2 nya yang diberi judul Happy Coda, album yang berisi 8 lagu ini  resmi diliris oleh yesnowave.com pada bulan Agustus 2013. pada album ke-2 ini tidak ada yang berubah dari Frau, semua lagu dapat di download secara cuma - cuma. Album Happy Coda juga dibuat ke dalam bentuk CD dengan record label dan distributor yang sama. "Saya cuma punya waktu 2 minggu untuk menyelesaikan 8 lagu ini, dan alhasil liriknya kurang memuaskan, kemudian saya agak mutung (ngambek), gak terlalu suka pentas, gak mau mengutak-atik lagu - lagu itu. Sampai akhirnya saya menyadari kalau saya ingin bikin lagu baru, untuk membuat lagu baru saya perlu merumahkan yang 8 ini," ungkap Lani dalam peluncuran album Happy Coda.

Dalam setiap penampilanya Frau tidak hanya membawakan lagu nya sendiri, seringkali Lani mencoba bereksperimen dengan melagukan sebuah puisi, sebut saja puisi 'Senja di pelabuhan kecil' dari Chairil Anwar, 'Dongeng buat bayi zus pandu' dari Asrul Sani, hingga 'Berita Perjalanan' dari Sitor Situmorang.

Bayu Raditya Pratama



       

Monday, April 20, 2015

R.I.S.A.R.A; Buku Harian Tentang Mahluk Halus



Persahabatan yang dimulai karena mahluk halus, keanehan tersebut mungkin hanya terjadi pada Sara Wijayanto dan Risa Saraswati. Pertemuan keduanya berawal dari sebuah program acara televisi, kelebihan mereka melihat dan berkomunikasi dengan mahluk halus membuat mereka menjadi host disalah satu program pencarian hantu. Pertemanan mereka berlanjut hingga ke ranah media sosial, melalui twitter mereka kerap kali cerita pengalaman mereka saat berkomunikasi dengan mahluk halus, #risara menjadi hastag yang selalu ditunggu penggemar mereka setiap malam jumat.

Cerita - cerita mereka dengan hastag Risara lah yang mendasari mereka membuat sebuah buku kolaborasi, pada awalnya Sara tidak yakin dengan dirinya untuk menulis buku, karena ini merupakan kali pertama Sara membuat sebuah buku. Hal ini berbeda dengan Risa yang sudah terlebih dahulu menjadi penulis cerita - cerita horor, buku r.i.s.a.r.a merupakan buku ke-4 nya setelah ia meluncurkan buku Maddah, Sunyaruri, dan Ananta Prihadi.

Buku r.i.s.a.r.a merupakan cerita dari keseharian mereka dalam berhubungan dengan mahluk halus, dalam buku ini pun dijelaskan latar belakang kedekatan antara mereka berdua. Dalam setiap bab nya buku ini diceritakan secara bergantian, konsep yang sama ketika mereka menceritakan pengalaman mereka melalui media sosial twitter.

Gaya bahasa yang mereka gunakan pun sangatlah ringan dan nge-pop, banyak celotehan - celotehan ringan khas anak muda jaman sekarang. Secara halaman pun buku ini sangat pas sebagai teman bersantai, hanya sekitar 162 halaman. Meskipun ringan dan nge-pop buku ini juga mengandung banyak pelajaran hidup, melalui r.i.s.a.r.a kita diajak untuk mengenal lebih dekat sosok yang selama ini menyeramkan, buku ini juga memberi pelajaran bagaimana semestinya kita menghargai sebuah kehidupan.

Bayu Raditya Pratama   

  
    

Saturday, April 18, 2015

Tafsir Kontemporer Atas Warisan Budaya Seni Patung Indonesia

karya Taufan AP

Seni patung sudah menjadi salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, hal ini terlihat dari peninggalan warisan budaya seni patung yang menjadi bagian daya tarik Indonesia. menurut Hermawan Tanzil dari Dia.lo.gue Artspace, seni dan desain memiliki tanggung jawab untuk mewakili dan mepesentasikan secara visual sejarah manusia. sebuah warisan bukanlah sekedar simbol antik dari masa lampau, namun seorang perupa seni sudah seharusnya mempelajari sejarah untuk terus maju, mencari relevansi pribadi dalam konteks kontemporer.

karya Arya Pandjalu

Gagasan tersebut yang melandasi Dia.lo.gue Artspace mengadakan pameran bertajuk contemporary eye of indonesian art & culture heritage. Pameran ini tidak hanya sekedar memamerkan karya, namun juga sebagai hasil proses penafsiran dari percakapan antara pematung dengan objek yang menjadi insprasinya."yang bisa dilihat dalam pameran ini ialah, seorang seniman mempunyai otoritas dalam berkarya. mereka memiliki kemerdekaan penuh dalam memilih medium, merancang, dan menemukan konsep dalam berkarya," kata Dolorosa Sinaga salah satu exhibitor pameran ini.

Karya Nus Salomo

Pameran yang berlangsung tanggal 15-17 April 2015 ini menampilkan karya kontemporer dari 8 pematung, yakni Anusapati, Arya Pandjalu, Budi Santoso, Dolorosa Sinaga, Awan Parulian Simatupang, Nus Salomo, Lenny Ratnasari Weichert, dan Taufan AP. Para seniman ini dengan bebas menafsirkan warisan budaya Indonesia ke dalam berbagai bentuk seni patung kontemporer, "peranan contemporary art di dalam heritage menjadi sangat penting, karen seharusnya mereka mengakomodasi perubahan dari heritage, dan menambah layer baru di dalam perjalananya, tanpa mengurangi esensi penting dalam warisan budaya," ujar Lin Che Wei CEO PT. Pembangunan Kota Tua Jakarta. 
              

Bayu Raditya Pratama

Wednesday, April 15, 2015

Filosofi Kopi; Setiap Jenis Kopi Punya Karakternya sendiri



"Kopi, sehebat apapun kamu meraciknya akan tetap terasa pahitnya," sepenggal kalimat diakhir film yang cukup menjelaskan makna film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko ini. Filosofi kopi ialah film hasil adaptasi dari cerita pendek Dewi Lestari, film ini bercerita tentang 2 sahabat yakni Ben (Chico Jericho) dan Jody (Rio Dewanto) yang mengelola sebuah kedai kopi, Filosofi Kopi tidak hanya menjadi nama kedai kopi mereka, melainkan menjadi signature meraka dalam menjual secangkir kopi. "Setiap jenis kopi punya karakter nya sendiri, melalui kopi setiap karakter orang dapat menemukan dirinya sendiri," ujar Ben dalam film filosofi kopi ini.

Konflik mereka dimulai setelah orang tua Jody yang ternyata memiliki hutang, kepailitan pun mengancam kedai filosofi kopi. Hingga pada suatu malam, seorang pengusaha property kaya ingin meloloskan tendernya ke seorang pengusaha pencinta kopi, Ben pun ditantang untuk membuat kopi terbaik di dunia, bila berhasil tentunya imbalan yang diterima akan menyelamatkan filosofi kopi.

Tantangan ini diterima oleh Ben yang seorang barista (ahli kopi), penuh ambisi Ben mencoba berbagai tehnik serta jenis kopi. Di sisi lain, Jody yang lebih memikirkan keuntungan serta kelangsungan filosofi kopi mencoba bertahan. Pada bagian ini sangat terasa perbedaan karakter yang terjadi diantara meraka. Kopi perfecto menjadi kopi terbaik hasil racikan Ben, tidak hanya terbaik, melainkan menjadi kopi favorit di kedai kopi mereka.

Kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama, El (Julie Estelle) seorang blogger dan penulis yang datang dan mematahkan semuanya, kopi Perfecto dianggap bukalah kopi terbaik. dalam bagian ini pun dijelaskan latar belakang dari setiap karakter, kemunculan El membuat konflik baru dalam persahabatan Ben dan Jody, pada akhirnya mereka ber-3 memtuskan untuk melakukan perjalanan mencari kopi tiwus, kopi terbaik yang pernah ada.

Keberhasilan sang sutradara mengadaptasi film ini terlihat dari cara ia mengemasnya, cerpen filosofi kopi bukanlah sebuah tulisan "ringan" yang mudah dipahami, namun melalui film ini penonton dapat dengan mudah terlibat secara emosional, terlepas dari seorang penggemar kopi atau pun tidak. 

Gaya bahasa yang urban walaupun terkadang filosofis membuat film ini terasa ringan, hal ini ditambah dengan alur cerita yang mengalir, mengahasilkan film yang menghibur namun sekaligus mengandung makna yang dalam. Secara garis besar film ini memang membahas kopi lebih dalam, namun jika lebih ditelaah, kopi di sini sebenarnya hanya sebuah makna simbolik dari sebuah kehidupan.

Bayu Raditya Pratama



       

Monday, April 13, 2015

Dekat; Lahir Kembali

Tata

Bagi sebuah grup musik, single pertama adalah sebuah awal perkenalan mereka dengan pendengarnya. Namun berbeda dengan grup Dekat, 'Lahir kembali' diciptakan justru sebagai jawaban atas segala pertanyaan, adalah Kamga, Tata, dan Chevrina yang sebelumnya dikenal sebagai grup musik Tangga. Menurut Chevrina, lagu lahir kembali ini berisikan jawaban atas apa yang terjadi dengan tangga, bersembunyi dibalik lagu dengan membiarkan orang menerka - nerka merupakan hal yang mengasikan bagi mereka.

Lahirnya Dekat merupakan sebuah awal baru bagi mereka, tidak hanya berganti nama dan warna musik yang mereka mainkan, melainkan juga mereka keluar dari label tempat mereka bernaung sebelumnya. hal ini mereka lakukan karena Dekat ingin memulai semuanya lebih bebas dan fresh.

Chevrina  

Musik dekat merupakan perpaduan unsur musik pop dan black beat, dalam membuat musiknya Dekat terinspirasi dari Bastille, Ellie Goulding, dan Drake. perpaduan tersebut menjadikan musik dekat terdengar berbeda dengan musik yang mereka mainkan sebelumnya, konsep ini mereka ramu kedalam sebuah mini album yang berisi 5 lagu, yakni 'lahir kembali', 'mana dusta, mana nyata', 'istimewa', 'kembali berkerja', dan 'bila aku'.

Di awal perjalananya, Dekat dengan bebas mengunggah seluruh lagu mereka di sosial media youtube dan soundcloud, langkah ini diambil sebagai perkenalan dengan para pendengarnya. "kalau lo belum mau beli album kita, minimal lo bisa dengerin dulu lagu - lagu kita di channel youtube kita," ujar Tata dalam penampilanya di acara lokalfest 3.0.

Kamga

Dalam berbagai penampilannya, Dekat tidak hanya membawakan lagu - lagu yang terdapat di mini album, mereka juga meng-cover lagu Indonesia ataupun lagu barat. Chandelier, dan elastic heart dari Sia, hingga lagu 'aku tak biasa' dari Alda, sering mereka bawakan dalam versi Dekat tentunya, kelahiran kembali grup Dekat memberikan alternatif baru dalam belantika musik Indonesia.


Bayu Raditya Pratama