Wednesday, April 15, 2015

Filosofi Kopi; Setiap Jenis Kopi Punya Karakternya sendiri



"Kopi, sehebat apapun kamu meraciknya akan tetap terasa pahitnya," sepenggal kalimat diakhir film yang cukup menjelaskan makna film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko ini. Filosofi kopi ialah film hasil adaptasi dari cerita pendek Dewi Lestari, film ini bercerita tentang 2 sahabat yakni Ben (Chico Jericho) dan Jody (Rio Dewanto) yang mengelola sebuah kedai kopi, Filosofi Kopi tidak hanya menjadi nama kedai kopi mereka, melainkan menjadi signature meraka dalam menjual secangkir kopi. "Setiap jenis kopi punya karakter nya sendiri, melalui kopi setiap karakter orang dapat menemukan dirinya sendiri," ujar Ben dalam film filosofi kopi ini.

Konflik mereka dimulai setelah orang tua Jody yang ternyata memiliki hutang, kepailitan pun mengancam kedai filosofi kopi. Hingga pada suatu malam, seorang pengusaha property kaya ingin meloloskan tendernya ke seorang pengusaha pencinta kopi, Ben pun ditantang untuk membuat kopi terbaik di dunia, bila berhasil tentunya imbalan yang diterima akan menyelamatkan filosofi kopi.

Tantangan ini diterima oleh Ben yang seorang barista (ahli kopi), penuh ambisi Ben mencoba berbagai tehnik serta jenis kopi. Di sisi lain, Jody yang lebih memikirkan keuntungan serta kelangsungan filosofi kopi mencoba bertahan. Pada bagian ini sangat terasa perbedaan karakter yang terjadi diantara meraka. Kopi perfecto menjadi kopi terbaik hasil racikan Ben, tidak hanya terbaik, melainkan menjadi kopi favorit di kedai kopi mereka.

Kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama, El (Julie Estelle) seorang blogger dan penulis yang datang dan mematahkan semuanya, kopi Perfecto dianggap bukalah kopi terbaik. dalam bagian ini pun dijelaskan latar belakang dari setiap karakter, kemunculan El membuat konflik baru dalam persahabatan Ben dan Jody, pada akhirnya mereka ber-3 memtuskan untuk melakukan perjalanan mencari kopi tiwus, kopi terbaik yang pernah ada.

Keberhasilan sang sutradara mengadaptasi film ini terlihat dari cara ia mengemasnya, cerpen filosofi kopi bukanlah sebuah tulisan "ringan" yang mudah dipahami, namun melalui film ini penonton dapat dengan mudah terlibat secara emosional, terlepas dari seorang penggemar kopi atau pun tidak. 

Gaya bahasa yang urban walaupun terkadang filosofis membuat film ini terasa ringan, hal ini ditambah dengan alur cerita yang mengalir, mengahasilkan film yang menghibur namun sekaligus mengandung makna yang dalam. Secara garis besar film ini memang membahas kopi lebih dalam, namun jika lebih ditelaah, kopi di sini sebenarnya hanya sebuah makna simbolik dari sebuah kehidupan.

Bayu Raditya Pratama



       

No comments:

Post a Comment